Prediksi Harga Emas Selasa 3 Juni, Diramal Sentuh Level Segini Hingga awal pekan ini, harga logam mulia tersebut telah berhasil menembus batas psikologis baru, yakni mencapai USD 3.360 per troy ounce.
Para pelaku pasar serta analis memperkirakan bahwa tren kenaikan ini masih akan berlanjut dalam waktu dekat, bahkan berpotensi menembus level USD 3.400 dalam hitungan hari.
Ibrahim Assuaibi, salah seorang pengamat pasar keuangan nasional, dalam pernyataan tertulis yang disampaikan di Jakarta pada Senin (2 Juni 2025), menegaskan bahwa pergerakan harga emas global sangat potensial untuk melanjutkan penguatan hingga ke kisaran USD 3.450 per troy ounce apabila tren saat ini terus berlanjut.
“Dalam beberapa hari ke depan atau bahkan bisa saja terjadi besok, harga emas kemungkinan besar akan mencapai angka USD 3.400. Jika level tersebut berhasil dilewati, maka target berikutnya diperkirakan berada pada kisaran USD 3.450,” ujar Ibrahim.
Prediksi Harga Emas Selasa 3 Juni Tahun 2025
Penguatan harga emas ini terjadi seiring dengan pelemahan yang cukup mencolok pada indeks Dolar Amerika Serikat (USD). Saat ini, nilai tukar Dolar berada pada level 98,80, yang mencerminkan penurunan nilai tukar dibandingkan dengan mata uang utama lainnya.
Penurunan daya tarik Dolar AS biasanya berdampak positif terhadap harga emas, karena logam mulia tersebut menjadi lebih menarik bagi investor yang menggunakan mata uang lain.
Dalam keterangannya, Ibrahim menjelaskan bahwa terdapat sejumlah faktor yang secara langsung memengaruhi lonjakan harga emas dunia. Ia menyebutkan setidaknya tiga elemen utama yang menjadi pemicu utama penguatan harga logam mulia tersebut di pasar internasional.
Pertama, ketegangan geopolitik yang terus memanas di kawasan Eropa Timur, khususnya konflik antara Rusia dan Ukraina, menjadi faktor yang tidak dapat diabaikan. Ketegangan ini telah menyebabkan Amerika Serikat memberlakukan sanksi ekonomi tambahan terhadap Rusia, yang pada gilirannya meningkatkan ketidakpastian global dan mendorong investor beralih ke aset aman seperti emas.
“Konflik berkepanjangan antara Rusia dan Ukraina telah menciptakan ketidakpastian yang luar biasa di pasar global. Langkah Amerika Serikat dalam menjatuhkan sanksi baru terhadap Rusia memberikan sinyal kepada pasar bahwa kondisi geopolitik belum akan stabil dalam waktu dekat,” ungkap Ibrahim.
Kedua, ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Republik Rakyat Tiongkok juga belum menunjukkan tanda-tanda akan mereda. Perselisihan ini terutama menyangkut tarif dan hambatan perdagangan yang diberlakukan oleh Amerika terhadap berbagai komoditas dari Tiongkok, termasuk produk baja dan aluminium.
Diramal Sentuh Level Segini
Ibrahim menjelaskan bahwa Amerika merupakan salah satu negara pengimpor baja terbesar di dunia. Ketika pemerintah AS memutuskan untuk menerapkan tarif impor hingga 50 persen terhadap produk baja dan aluminium, kebijakan tersebut menuai reaksi keras dari mitra dagang utama seperti Tiongkok, Uni Eropa, Selandia Baru, dan Australia.
“Keputusan Amerika untuk menaikkan tarif impor hingga 50 persen terhadap produk baja dan aluminium telah menimbulkan kecaman dari banyak negara eksportir utama. Kondisi ini memperburuk hubungan dagang internasional dan menciptakan ketegangan baru, yang kemudian meningkatkan permintaan terhadap instrumen lindung nilai seperti emas,” paparnya.
Ketiga, adanya sinyal dari Federal Reserve (Bank Sentral Amerika Serikat) terkait kemungkinan penurunan suku bunga di akhir tahun 2025 turut memicu optimisme pasar terhadap harga emas. Penurunan suku bunga umumnya menyebabkan pelemahan nilai Dolar dan meningkatkan daya tarik emas sebagai aset investasi.
Menurut Ibrahim, dampak dari kebijakan tarif pemerintahan Presiden AS sebelumnya tidak begitu signifikan terhadap laju inflasi dan pertumbuhan ekonomi, sehingga membuka ruang bagi bank sentral untuk melakukan pelonggaran kebijakan moneter.
“Gubernur Federal Reserve, Christopher Waller, telah memberikan pernyataan bahwa keputusan untuk menurunkan suku bunga akan sangat bergantung pada evaluasi terhadap kebijakan tarif saat ini. Jika tekanan inflasi tetap terkendali, maka langkah pelonggaran moneter sangat mungkin dilakukan,” jelas Ibrahim.
Baca Juga : Tiga Skenario Harga Emas Juni 2025: Stabil, Turun, atau Bangkit?
Kenaikan harga emas yang terjadi secara terus-menerus membawa implikasi penting bagi stabilitas pasar global. Emas kerap dianggap sebagai aset lindung nilai atau safe haven di tengah ketidakpastian ekonomi dan politik. Maka dari itu, setiap gejolak geopolitik maupun potensi perlambatan ekonomi dapat meningkatkan permintaan terhadap logam mulia ini.
Selain menjadi pilihan utama investor institusional, lonjakan harga emas juga berdampak terhadap negara-negara berkembang yang memiliki cadangan devisa dalam bentuk emas. Negara-negara tersebut cenderung diuntungkan dari apresiasi nilai cadangan mereka yang didenominasikan dalam logam mulia.
Namun demikian, bagi sektor industri, terutama yang bergantung pada penggunaan emas sebagai bahan baku, kenaikan harga ini berpotensi meningkatkan biaya produksi. Perusahaan di sektor elektronik, perhiasan, dan teknologi tinggi diperkirakan akan menghadapi tantangan dalam menjaga margin keuntungan apabila harga emas terus melambung.