Bitcoin Jelang Juni 2025: Antara Harapan Kenaikan dan Ancaman Koreksi
Memasuki akhir Mei 2025, pasar kripto kembali memanas. Bitcoin (BTC), sebagai aset kripto paling dominan, berada dalam posisi yang cukup dilematis.
Di satu sisi, ada harapan besar akan kenaikan harga menjelang pertengahan tahun. Namun, di sisi lain, banyak analis memperingatkan potensi koreksi yang signifikan.
Kondisi pasar saat ini menampilkan sinyal campuran yang membuat para investor bingung menentukan arah. Volatilitas tetap tinggi, dan kekuatan fundamental serta teknikal seolah saling bertolak belakang.
Bitcoin Jelang Juni 2025: Antara Harapan Kenaikan dan Ancaman Koreksi
Per akhir Mei, harga Bitcoin bergerak stabil di kisaran US$66.000 hingga US$68.000. Namun, stabilitas ini dinilai semu. Banyak pelaku pasar melihat bahwa
stagnasi ini justru menandakan bahwa BTC tengah membangun formasi untuk pergerakan besar berikutnya—baik ke atas maupun ke bawah.
Volume perdagangan cenderung menurun dalam beberapa pekan terakhir, menandakan bahwa pasar sedang menunggu pemicu baru.
Pemicu ini bisa datang dari data ekonomi makro, kebijakan bank sentral AS, atau sentimen geopolitik global.
Harapan Kenaikan Didukung Sentimen Halving dan ETF Spot
Salah satu faktor yang mendukung potensi kenaikan Bitcoin adalah efek jangka panjang dari peristiwa halving yang terjadi pada April 2024.
Meski tidak langsung mendorong harga naik secara drastis, halving berpotensi memperketat suplai Bitcoin, terutama jika permintaan tetap atau meningkat.
Selain itu, masuknya dana institusional melalui produk ETF Bitcoin spot juga dianggap sebagai faktor pendukung harga Banyak analis percaya bahwa jika adopsi institusi meningkat
BTC bisa kembali ke level US$75.000 bahkan menyentuh rekor tertinggi baru pada paruh kedua 2025.
Ancaman Koreksi dari Kebijakan The Fed dan Regulasi Kripto
Di sisi lain, ancaman koreksi juga membayangi. Salah satu faktor utama adalah potensi pengetatan kebijakan moneter dari The Federal Reserve (The Fed).
Jika suku bunga kembali dinaikkan atau ditahan pada level tinggi lebih lama dari yang diperkirakan, maka investor bisa kembali mengalihkan dana mereka ke aset yang lebih aman seperti obligasi AS.
Selain itu, regulasi dari berbagai negara juga masih menjadi momok. Amerika Serikat, misalnya, terus memperketat pengawasan terhadap perusahaan kripto.
Ketidakpastian regulasi ini membuat pasar enggan mengambil risiko lebih besar, khususnya dalam jangka pendek.
Indikator Teknikal Menunjukkan Divergensi
Secara teknikal, grafik Bitcoin menunjukkan tanda-tanda divergensi. Beberapa indikator momentum seperti RSI (Relative Strength Index) sudah mulai melemah, sementara harga masih bertahan di kisaran atas.
Kondisi ini mengindikasikan bahwa pasar bisa mengalami koreksi dalam waktu dekat jika tidak ada dorongan baru. Moving Average (MA) 50 hari dan 200 hari pun mulai menyempit, menandakan potensi breakout atau breakdown dari pola konsolidasi saat ini.
Aktivitas Whale dan Institusi Jadi Penentu
Aktivitas para whale (pemilik besar BTC) dan institusi akan menjadi salah satu penentu arah harga Bitcoin ke depan. Data dari beberapa platform
analitik menunjukkan bahwa whale mulai melakukan akumulasi secara diam-diam, yang bisa menjadi sinyal bullish.
Namun, jika mereka justru mengambil keuntungan dan menjual dalam jumlah besar, maka pasar bisa terpukul dan mendorong harga turun drastis.
Oleh karena itu, investor ritel disarankan untuk tetap waspada dan tidak terpancing euforia sesaat.
Sentimen Pasar Global Juga Jadi Faktor Penggerak
Selain faktor internal kripto, kondisi geopolitik dan ekonomi global juga memegang peranan penting. Konflik yang terus berlangsung di beberapa kawasan serta ketidakpastian ekonomi dunia membuat banyak investor mengambil pendekatan wait and see.
Stabilitas global akan sangat mempengaruhi minat terhadap aset berisiko seperti Bitcoin. Dalam skenario optimis, jika ketegangan geopolitik mereda dan ekonomi
global mulai stabil, maka pasar kripto bisa kembali menarik minat investor besar.
Strategi Investor Jelang Juni 2025
Menghadapi situasi yang serba tak pasti ini, banyak investor mulai menerapkan strategi yang lebih defensif. Diversifikasi portofolio
pembelian bertahap (dollar-cost averaging), serta manajemen risiko yang disiplin menjadi pilihan utama.
Investor jangka panjang tetap memegang keyakinan bahwa Bitcoin memiliki potensi besar, terutama sebagai aset lindung nilai dari inflasi dan ketidakpastian ekonomi.
Namun, bagi trader jangka pendek, volatilitas di awal Juni patut diwaspadai karena bisa terjadi pergerakan tajam dua arah.
Baca juga:Emas Antam 30 Mei 2025 Kembali Sentuh Rp 1,9 Juta Per Gram