Skip to content
MININGNEW | Berita Seputar Keuangan , Emas & Binance selalu terupdate
Menu
  • Home
    • Blog
  • CRYPTO
  • Global
    • PERTAMBANGAN
    • Emas
    • BINANCE
Menu

Peringatan Keras Harga Emas Diramal Akan Masuk Periode “Gelap”

Posted on 10 May 2025

Peringatan Keras Harga Emas Diramal Akan Masuk Periode “Gelap”

Dalam situasi ekonomi global yang penuh ketidakpastian, para investor biasanya melirik emas sebagai aset lindung nilai (safe haven). Namun, situasi saat ini justru memunculkan sinyal yang berlawanan. Beberapa pakar keuangan dan analis pasar global memperingatkan bahwa harga emas berpotensi mengalami periode gelap dalam waktu dekat. Faktor-faktor seperti suku bunga tinggi, penguatan dolar AS, dan ketidakpastian geopolitik memberikan tekanan besar terhadap pergerakan harga logam mulia ini.

Meskipun sempat mencetak rekor tertinggi dalam beberapa bulan terakhir, pergerakan harga emas kini menunjukkan tanda-tanda koreksi dan volatilitas yang meningkat. Para ahli menyarankan kehati-hatian bagi investor dan pelaku pasar dalam menghadapi fase ini, mengingat arah kebijakan ekonomi dunia masih belum menunjukkan kejelasan yang konsisten.

Peringatan Keras Harga Emas Diramal Akan Masuk Periode "Gelap"
Peringatan Keras Harga Emas Diramal Akan Masuk Periode “Gelap”

Peringatan Keras Harga Emas Diramal Akan Masuk Periode “Gelap”

Harga emas sempat melonjak hingga menembus level USD 2.400 per troy ounce pada awal tahun 2025.

Lonjakan ini dipicu oleh ketegangan geopolitik antara beberapa negara besar, kekhawatiran terhadap inflasi, serta pelambatan ekonomi global yang mendorong investor untuk mencari aset aman.

Namun, dalam beberapa pekan terakhir, harga emas menunjukkan tren penurunan yang cukup signifikan.

Data dari World Gold Council dan platform perdagangan internasional menunjukkan bahwa harga emas turun hampir 6% sejak puncaknya pada kuartal pertama 2025.

Penurunan ini tidak hanya terjadi karena aksi ambil untung, tetapi juga disebabkan oleh tekanan eksternal yang mulai menggoyahkan stabilitas pasar logam mulia.


Suku Bunga Tinggi Jadi Penekan Utama

Salah satu faktor terbesar yang memicu kekhawatiran para analis adalah kebijakan suku bunga tinggi yang dipertahankan

oleh sejumlah bank sentral utama dunia, termasuk Federal Reserve (The Fed) dan Bank Sentral Eropa (ECB).

Suku bunga yang tinggi cenderung menurunkan daya tarik emas sebagai aset investasi karena emas tidak memberikan imbal hasil bunga.

Dengan meningkatnya imbal hasil obligasi pemerintah, investor lebih tertarik menempatkan dana mereka pada aset berbunga tetap daripada pada logam mulia.

Analis dari JP Morgan menyebutkan, “Emas biasanya berkinerja baik dalam kondisi suku bunga rendah dan inflasi tinggi.

Tetapi saat ini, kita menghadapi dunia dengan suku bunga tinggi dan inflasi yang mulai stabil—situasi ini kurang mendukung bagi emas.”


Penguatan Dolar AS Memberikan Tekanan Tambahan

Faktor lain yang turut menekan harga emas adalah penguatan nilai tukar dolar AS.

Karena emas diperdagangkan dalam mata uang dolar, penguatan dolar membuat harga emas menjadi lebih mahal bagi pembeli di luar Amerika Serikat.

Hal ini berdampak pada permintaan global yang ikut melemah.

Menurut indeks DXY (US Dollar Index), nilai dolar terhadap sejumlah mata uang utama terus meningkat dalam dua bulan terakhir.

Ini sejalan dengan persepsi pasar bahwa perekonomian AS lebih stabil dibandingkan beberapa negara lain yang masih terdampak oleh krisis energi dan ketegangan politik regional.


Ketidakpastian Geopolitik Tidak Lagi Dorong Emas

Menariknya, konflik dan ketegangan geopolitik yang biasanya menjadi faktor pendorong kenaikan harga emas, kini justru tidak mampu memberikan efek yang sama.

Analis pasar global menilai bahwa pasar sudah mulai “kebal” terhadap isu-isu seperti perang di Timur Tengah, ketegangan Laut Cina Selatan, dan konflik Rusia-Ukraina.

Ketua Asosiasi Emas dan Logam Mulia Asia, Richard Tan, menyatakan, “Biasanya konflik geopolitik mendorong lonjakan permintaan emas sebagai pelindung nilai.

Tapi saat ini, pelaku pasar mulai mengalihkan perhatian ke stabilitas moneter dan fundamental ekonomi, bukan hanya isu politik.”


Potensi Tekanan dari Penurunan Permintaan Fisik

Selain faktor makroekonomi, permintaan fisik emas juga menunjukkan penurunan yang cukup signifikan.

Negara-negara seperti India dan Tiongkok yang selama ini menjadi pasar utama emas mengalami penurunan konsumsi.

Di India, tingginya harga emas membuat masyarakat menunda pembelian perhiasan, khususnya menjelang musim pernikahan.

Sementara di Tiongkok, ketidakpastian ekonomi dan langkah ketat pemerintah dalam pengaturan pasar keuangan menekan daya beli konsumen.

Laporan dari World Gold Council menunjukkan bahwa permintaan global terhadap emas perhiasan turun 12% secara tahunan pada kuartal pertama 2025.


Periode Gelap atau Koreksi Sehat?

Pakar keuangan membagi pandangan mereka menjadi dua kelompok besar. Kelompok pertama menyebut bahwa kondisi saat ini merupakan awal dari

periode gelap” untuk emas, yang bisa berlangsung hingga akhir 2025. Mereka memprediksi harga emas dapat turun ke level USD 2.100 per troy ounce atau bahkan lebih rendah.

Kelompok kedua melihat kondisi ini sebagai koreksi teknikal yang sehat setelah reli panjang selama dua tahun terakhir.

Menurut mereka, harga emas hanya sedang mencari keseimbangan baru dan masih memiliki potensi rebound jika terjadi perubahan arah kebijakan moneter atau muncul krisis baru.


Apa yang Harus Dilakukan Investor?

Di tengah ketidakpastian ini, investor disarankan untuk tidak panik, tetapi tetap waspada. Pakar investasi dari Morningstar, Amelia Gunawan, menyarankan pendekatan yang lebih hati-hati dan terukur.

“Jangan menaruh semua portofolio di emas. Diversifikasi tetap penting. Kombinasikan dengan obligasi jangka pendek, saham blue-chip, dan reksa dana pasar uang yang stabil,” ujarnya.

Selain itu, penting bagi investor untuk memantau pernyataan bank sentral dan data ekonomi terbaru secara berkala, karena faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi arah harga emas ke depan.

Baca juga:Ambruk Harga Emas Antam Logam Mulia Turun Rp 27.000


Strategi Jangka Pendek dan Jangka Panjang

Bagi investor jangka pendek, fokus harus diberikan pada analisis teknikal dan pemantauan momentum pasar.

Koreksi yang dalam bisa menjadi peluang untuk masuk, tetapi harus disertai dengan manajemen risiko yang ketat.

Sedangkan bagi investor jangka panjang, emas tetap bisa menjadi bagian penting dari portofolio, terutama untuk tujuan lindung nilai terhadap ketidakpastian global dan devaluasi mata uang.

Namun, porsi investasi pada emas sebaiknya tidak melebihi 10–15% dari total aset.


Penutup

Meskipun emas telah lama dikenal sebagai aset yang aman dan stabil, kenyataan ekonomi global saat ini menunjukkan bahwa tidak ada instrumen yang benar-benar kebal terhadap tekanan.

Suku bunga tinggi, penguatan dolar AS, serta lemahnya permintaan global menjadi tantangan besar yang membuat harga emas masuk ke dalam masa yang disebut oleh pakar sebagai “periode gelap.”

Bagi investor dan masyarakat umum, penting untuk bersikap bijak dalam merespons kondisi ini.

Edukasi finansial, pemahaman risiko, dan strategi diversifikasi aset merupakan langkah penting agar tetap tangguh di tengah dinamika pasar yang tak menentu.

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

saya bukan robot *Captcha loading...

TOPIK POPULER

  • Berita Olahraga Terdunia
  • Belajar Bisnis Sekarang!

Recent Posts

  • Peringatan Keras Harga Emas Diramal Akan Masuk Periode “Gelap”
  • Ambruk Harga Emas Antam Logam Mulia Turun Rp 27.000
  • Nasib Emas Pekan Ini Ditentukan, Berdoalah Moga Baik-baik Saja
  • Donald Trump Bantah Raup Untung dari Kripto
  • Peringatan Harga Emas Bergerak Sangat Ekstrem, Terbang Terus Jatuh!

Archives

  • May 2025
  • April 2025
  • March 2025
  • February 2025
  • January 2025
  • December 2024
  • November 2024
©2025 MININGNEW | Berita Seputar Keuangan , Emas & Binance selalu terupdate | Design: Newspaperly WordPress Theme
Go to mobile version