Harga Bitcoin Dinilai Kuat di Tengah Perang Iran Israel
Ketegangan geopolitik antara Iran dan Israel yang memanas dalam beberapa pekan terakhir memicu gejolak di berbagai pasar keuangan global.
Namun di tengah situasi penuh ketidakpastian tersebut, harga Bitcoin justru menunjukkan ketahanan yang cukup kuat.
Mata uang kripto terbesar di dunia itu tetap stabil dan bahkan mengalami sedikit penguatan saat konflik meningkat.
Fenomena ini menarik perhatian para analis keuangan, yang menilai bahwa
Bitcoin semakin dipandang sebagai aset lindung nilai (safe haven) alternatif, mirip dengan emas, di saat terjadi krisis global.
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/4674212/original/048639800_1701747087-thought-catalog-I0TDRP0fj6Y-unsplash.jpg)
Stabil di Tengah Ketidakpastian
Saat serangan rudal antara Iran dan Israel terjadi, harga minyak melonjak tajam, indeks saham di kawasan Asia dan Eropa terkoreksi
dan investor mulai menarik diri dari aset berisiko. Namun Bitcoin justru mencatat kenaikan sebesar 2–3% dalam 24 jam
setelah serangan pertama dilaporkan, menembus level USD 66.000.
Stabilitas ini dinilai mengejutkan, mengingat aset kripto biasanya sangat volatil terhadap berita geopolitik dan kebijakan global.
Namun dalam konteks perang saat ini, Bitcoin justru dipandang sebagai tempat berlindung dari ketidakpastian kebijakan moneter dan nilai tukar mata uang fiat.
Analis: Bitcoin Kini Disejajarkan dengan Emas
Beberapa analis menyebut bahwa Bitcoin mulai berperilaku seperti emas digital. Dalam situasi penuh kekhawatiran
investor cenderung mengalihkan dana ke aset yang sulit terpengaruh oleh kebijakan pemerintah atau gejolak pasar saham.
“Dunia tengah menyaksikan transisi persepsi terhadap Bitcoin. Dulu dianggap spekulatif, sekarang mulai dianggap sebagai
pelindung nilai terhadap inflasi dan risiko geopolitik,” kata Edward Moya, analis senior dari OANDA.
Bitcoin juga dinilai tahan terhadap sanksi politik dan kontrol bank sentral, menjadikannya aset yang menarik bagi individu dan institusi dari negara-negara yang terpengaruh konflik.
Minat Institusional Tetap Kuat
Faktor lain yang menopang harga Bitcoin adalah minat institusi keuangan besar yang terus mengalir. Beberapa ETF Bitcoin spot di Amerika Serikat mencatat arus masuk positif, bahkan saat pasar saham mengalami tekanan.
BlackRock, Fidelity, dan ARK Invest melaporkan bahwa investor institusional tetap mempertahankan posisi mereka di Bitcoin. Ini memberikan sinyal kuat bahwa kepercayaan terhadap kripto ini belum luntur, bahkan di tengah ketidakpastian global.
Adopsi Global dan Likuiditas Menjadi Kunci
Selain faktor geopolitik, adopsi global yang terus meningkat menjadi penyokong harga Bitcoin.
El Salvador yang telah mengadopsi Bitcoin sebagai alat pembayaran resmi, serta beberapa negara Afrika dan Amerika
Latin yang mulai mengintegrasikan kripto dalam sistem perbankan mereka, turut memperkuat posisi Bitcoin di mata investor global.
Likuiditas Bitcoin juga terus membaik dengan keberadaan platform exchange yang lebih stabil dan sistem regulasi yang mulai
ditetapkan di negara-negara maju. Hal ini membantu Bitcoin tetap diminati meski pasar global sedang goyah.
Potensi Risiko Masih Ada
Meski demikian, para analis tetap mengingatkan bahwa Bitcoin bukan sepenuhnya bebas risiko. Volatilitas tetap ada, terutama
jika konflik Iran-Israel berkembang menjadi perang regional yang lebih luas atau jika Amerika Serikat dan sekutunya ikut terlibat secara langsung.
Selain itu, potensi regulasi baru terhadap kripto di kawasan Eropa dan Asia juga bisa memberikan tekanan terhadap harga dalam jangka pendek.
Baca juga: Vale Komitmen Jaga Keberlanjutan Bisnis Tambang, Ini Kuncinya
Penutup: Bitcoin Jadi Aset Perlindungan Baru?
Perang Iran-Israel telah menunjukkan bahwa dalam krisis global, Bitcoin bisa menjadi salah satu tempat
perlindungan investor selain emas dan dolar AS. Ketahanannya dalam kondisi pasar yang fluktuatif memberikan sinyal positif bagi masa depan mata uang digital ini.
Meski bukan tanpa risiko, Bitcoin perlahan-lahan mulai membuktikan posisinya sebagai aset global yang relevan
tidak hanya dalam dunia digital, tetapi juga dalam konteks geopolitik dan ekonomi dunia nyata. Investor, untuk saat ini, memilih
percaya pada teknologi desentralisasi saat dunia sedang bergejolak.