Bitcoin Jadi Medan Perang Baru China vs AS, Mana Lebih Berkuasa?
Bitcoin, sebagai mata uang digital paling populer di dunia, kini tidak hanya menjadi instrumen investasi, tetapi juga arena persaingan geopolitik. Amerika Serikat (AS) dan China, dua negara dengan kekuatan ekonomi terbesar, sama-sama berlomba memperebutkan pengaruh di industri aset kripto. Pertanyaan besar pun muncul: siapa yang lebih berkuasa dalam mengendalikan arah masa depan Bitcoin dan pasar kripto global?
Bitcoin Jadi Medan Perang Baru China vs AS, Mana Lebih Berkuasa?
China sempat menjadi negara dengan dominasi terbesar dalam penambangan Bitcoin. Sebelum tahun 2021, sekitar 65–70% kekuatan hash rate global berasal dari penambang yang beroperasi di wilayah China. Biaya listrik yang murah, khususnya dari energi hidro di Sichuan dan Yunnan, membuat negeri tirai bambu menjadi pusat aktivitas mining global.
Namun, kebijakan pemerintah China yang melarang aktivitas penambangan dan perdagangan kripto sejak pertengahan 2021 mengubah peta kekuatan. Banyak penambang berpindah ke negara lain seperti Kazakhstan, Amerika Serikat, hingga Kanada. Meski begitu, pengaruh China di sektor teknologi blockchain dan perangkat keras penambangan masih tetap signifikan.
Amerika Serikat Ambil Alih Kepemimpinan Mining
Setelah keluarnya larangan di China, Amerika Serikat langsung naik menjadi pusat mining Bitcoin terbesar di dunia. Texas, Kentucky, dan Georgia menjadi lokasi favorit bagi penambang karena ketersediaan energi murah, regulasi yang lebih ramah, serta iklim investasi yang mendukung.
Selain itu, perusahaan-perusahaan besar berbasis di AS mulai melantai di bursa saham, seperti Riot Blockchain dan Marathon Digital, sehingga memperkuat legitimasi industri ini. Dengan adanya dukungan investor institusi, AS kini memegang peran dominan dalam menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekosistem Bitcoin.
Perang Regulasi: China Ketat, AS Cenderung Fleksibel
China menegaskan sikap tegas dengan melarang total aktivitas terkait kripto, termasuk transaksi melalui bank maupun penyedia layanan keuangan. Pemerintah menganggap Bitcoin dapat mengganggu stabilitas keuangan nasional dan membuka celah untuk praktik pencucian uang.
Sebaliknya, AS lebih memilih pendekatan regulasi yang berlapis. Securities and Exchange Commission (SEC) dan Commodity Futures Trading Commission (CFTC) sama-sama terlibat dalam mengatur pasar kripto. Meski aturan terkadang masih membingungkan, fleksibilitas ini justru memberi ruang bagi inovasi dan perkembangan industri.
Bitcoin Sebagai Instrumen Politik dan Ekonomi
Persaingan China dan AS di sektor kripto tidak hanya soal teknologi, melainkan juga tentang geopolitik. Bagi AS, Bitcoin dapat menjadi simbol kebebasan finansial dan inovasi. Sementara China mencoba menyaingi dengan mengembangkan mata uang digital bank sentral (CBDC) bernama e-CNY, yang bisa menjadi alternatif global terhadap dominasi dolar.
Jika AS berhasil menjadikan Bitcoin sebagai instrumen investasi yang sah dan terintegrasi dalam sistem keuangan global, maka pengaruhnya akan semakin kuat. Sebaliknya, China bisa menekan dominasi Bitcoin dengan memperluas penggunaan yuan digital di berbagai sektor perdagangan internasional.
Siapa yang Lebih Berkuasa?
Secara infrastruktur, Amerika Serikat saat ini memegang kendali terbesar dalam penambangan Bitcoin. Dukungan investor institusi, regulasi yang lebih fleksibel, serta keterbukaan terhadap inovasi membuat AS berada di posisi lebih unggul.
Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa China tetap memiliki pengaruh besar melalui kendali atas produksi perangkat keras penambangan, seperti ASIC (Application-Specific Integrated Circuit), yang sebagian besar diproduksi di wilayahnya. Dengan demikian, persaingan ini akan terus berlangsung dalam jangka panjang.
Kesimpulan
Bitcoin kini bukan sekadar aset digital, melainkan juga arena kompetisi geopolitik antara China dan Amerika Serikat. AS unggul dari sisi mining dan investasi, sementara China tetap kuat di sektor teknologi dan alternatif mata uang digital resmi. Pertarungan ini akan menentukan siapa yang lebih berkuasa dalam membentuk masa depan ekosistem kripto global.
Baca juga: Harga Emas Antam Terbang Tinggi Sabtu 30 Agustus 2025, Meroket Rp 40 Ribu dalam 3 Hari