Ambruk Lagi Harga Emas Antam 3 Hari Turun Rp31.000
Dalam tiga hari terakhir, harga emas batangan PT Aneka Tambang (Antam) mengalami penurunan signifikan
hingga mencapai total Rp31.000 per gram. Tren penurunan ini terjadi bertahap sejak awal pekan dan mengejutkan
sebagian pelaku pasar maupun konsumen individu yang selama ini memanfaatkan emas sebagai salah satu instrumen lindung nilai atau investasi jangka panjang.
Data dari situs resmi logammulia.com pada Rabu, 18 Juni 2025, menunjukkan bahwa harga
jual emas Antam untuk ukuran 1 gram berada di angka Rp1.289.000, turun dari posisi sebelumnya Rp1.320.000 pada awal pekan.
Sementara itu, harga beli kembali atau buyback juga terkoreksi hingga menyentuh level Rp1.170.000 per gram.
Ambruk Lagi Harga Emas Antam 3 Hari Turun Rp31.000
Penurunan harga emas Antam dalam tiga hari terakhir berlangsung secara bertahap. Berikut ringkasannya:
-
Senin, 16 Juni 2025: Harga emas Antam turun Rp10.000 dari posisi sebelumnya.
-
Selasa, 17 Juni 2025: Kembali melemah Rp11.000 akibat tekanan dari pasar global.
-
Rabu, 18 Juni 2025: Turun lagi Rp10.000, menjadikan total koreksi dalam tiga hari mencapai Rp31.000.
Situasi ini menjadi perhatian khusus bagi investor ritel yang kerap memantau pergerakan logam mulia sebagai bagian dari portofolio diversifikasi.
Penyebab Turunnya Harga Emas Antam
Ada beberapa faktor utama yang menjadi penyebab penurunan harga emas Antam dalam beberapa hari terakhir:
1. Penguatan Dolar AS
Salah satu penyebab utama adalah penguatan nilai tukar dolar Amerika Serikat terhadap mayoritas mata uang global.
Ketika dolar menguat, harga emas cenderung melemah karena emas diperdagangkan dalam mata uang tersebut.
Akibatnya harga emas menjadi lebih mahal dalam mata uang lain dan permintaannya menurun.
2. Sentimen Pasar Terhadap Suku Bunga AS
Isu kebijakan suku bunga dari The Federal Reserve (bank sentral AS) juga turut mempengaruhi.
Ekspektasi bahwa suku bunga akan tetap tinggi lebih lama dari perkiraan membuat investor global menarik
diri dari aset lindung nilai seperti emas dan kembali beralih ke instrumen berimbal hasil seperti obligasi.
3. Tekanan dari Kondisi Geopolitik
Meski konflik Iran-Israel sedang memanas dan biasanya dapat mendorong harga emas sebagai safe haven
namun dalam kasus kali ini, respon investor lebih banyak ke arah dolar dan minyak, sehingga emas justru mengalami tekanan tambahan karena tidak menjadi prioritas utama pasar.
Dampak Penurunan Terhadap Investor Ritel
Bagi investor ritel di Indonesia, penurunan harga emas ini menghadirkan dilema tersendiri.
Di satu sisi, koreksi harga bisa menjadi peluang untuk membeli di harga rendah, terutama bagi mereka yang berorientasi jangka panjang.
Namun di sisi lain, bagi yang telah membeli emas di harga tinggi beberapa minggu sebelumnya, situasi ini menciptakan potensi rugi sementara.
Para analis menyarankan agar investor tetap tenang dan tidak menjual emas dalam kondisi turun, kecuali memang diperlukan likuiditas mendesak.
Mengingat emas adalah instrumen yang ideal untuk jangka panjang, fluktuasi jangka pendek seperti ini dinilai wajar.
Tanggapan Pelaku Pasar
Beberapa toko emas dan platform jual-beli logam mulia online mencatat penurunan transaksi dalam dua hari terakhir.
Banyak konsumen menahan pembelian untuk melihat apakah harga akan kembali turun lebih jauh. Di sisi lain, ada juga konsumen
oportunis yang langsung membeli dalam jumlah besar ketika harga menyentuh titik koreksi tertentu.
“Dalam tiga hari ini, volume pembelian kami turun sekitar 20%, tapi kami juga melihat peningkatan pembelian dari kolektor dan investor pemula
ujar seorang penjual emas di kawasan Jakarta Barat.
Perbandingan Harga Emas Global
Di pasar global, harga emas spot sempat menyentuh US$2.295 per troy ounce, turun dari posisi tertinggi bulanan di atas US$2.360.
Harga ini mencerminkan tekanan yang sama yang dirasakan pasar domestik, karena harga emas dunia menjadi acuan utama dalam penentuan harga emas batangan di Indonesia.
Proyeksi Ke Depan
Analis memperkirakan bahwa harga emas akan tetap fluktuatif dalam jangka pendek, terutama jika The Fed memberi sinyal kebijakan moneter yang lebih hawkish.
Namun secara jangka panjang, emas masih dianggap aman karena ketidakpastian ekonomi global
masih tinggi, termasuk risiko geopolitik, perlambatan ekonomi China, serta tekanan inflasi di banyak negara.
Investor disarankan untuk tetap memperhatikan fundamental dan tren jangka panjang daripada terpaku pada fluktuasi harian.
Baca juga:Harga Kripto 18 Juni 2025: Bitcoin Cs Anjlok di Tengah Ketegangan Israel-Iran
Kesimpulan
Penurunan harga emas Antam sebesar Rp31.000 dalam waktu tiga hari memang mengejutkan banyak pihak, namun kondisi ini bukan hal yang luar biasa di pasar logam mulia.
Faktor eksternal seperti penguatan dolar dan kebijakan moneter global terus menjadi variabel utama yang mempengaruhi
harga emas, baik di pasar internasional maupun domestik.
Bagi investor, momen ini bisa menjadi waktu yang tepat untuk menambah kepemilikan logam mulia
dengan tetap menjaga prinsip kehati-hatian dan fokus pada tujuan keuangan jangka panjang.