Harga Emas Tiba-tiba Hancur Lebur, Ambruk 1,6% dalam Sehari!
Jakarta – Harga emas mengalami penurunan tajam setelah sebelumnya sempat mencapai rekor tertinggi. Penurunan ini terjadi akibat aksi ambil untung atau taking profit oleh para trader yang ingin mengamankan keuntungan setelah harga emas melonjak pesat.

Merujuk data dari Refinitiv, harga emas pada perdagangan Jumat (14/2/2025) ditutup di posisi US$ 2.883,18 per troy ons, jatuh sebesar 1,57% dalam satu hari. Pelemahan ini sekaligus menghentikan tren kenaikan yang telah terjadi selama dua hari berturut-turut sebelumnya, serta menyeret harga emas turun dari level US$ 2.900 per troy ons.
Harga Emas Sempat Mengukir Rekor
Pada perdagangan Kamis (13/2/2025), harga emas dunia di pasar spot menembus rekor tertinggi sepanjang masa, mencapai US$ 2.929,03 per troy ons.
Ini menjadi catatan harga tertinggi sepanjang sejarah, menggeser rekor sebelumnya di US$ 2.907,34 per troy ons. Kenaikan ini terjadi karena
dorongan dari ketidakpastian ekonomi global dan pelemahan dolar Amerika Serikat.
Meski mengalami penurunan tajam pada hari Jumat, secara keseluruhan harga emas masih menunjukkan kenaikan dalam sepekan terakhir.
Sepanjang minggu lalu, harga emas mencatat kenaikan 0,8%, menjadikannya tren kenaikan tujuh pekan berturut-turut. Kenaikan selama tujuh pekan ini adalah yang pertama kali terjadi sejak periode Juni-Agustus 2020 atau lebih dari empat tahun lalu.
Faktor Penyebab Harga Emas Jatuh
Menurut Peter Grant, Wakil Presiden dan Strategis
Senior Logam di Zaner Metals, aksi profit taking menjadi faktor utama di balik penurunan harga emas. “Ada beberapa faktor teknis yang berperan. Ketidakmampuan emas untuk mempertahankan harga tertinggi sepanjang masa yang tercatat pada hari Selasa membuat munculnya pola double top, sehingga beberapa investor memutuskan untuk mengambil keuntungan sebelum akhir pekan,” kata Peter Grant kepada Reuters.
Selain itu, sejumlah faktor lain yang menyebabkan harga emas melemah antara lain:
- Penguatan dolar AS: Meskipun dolar AS sempat melemah, beberapa data ekonomi yang lebih baik dari perkiraan memberikan dorongan bagi mata uang tersebut, sehingga mengurangi daya tarik emas.
- Kenaikan imbal hasil obligasi AS: Ketika imbal hasil obligasi naik, emas menjadi kurang menarik karena emas tidak menawarkan bunga atau imbal hasil.
- Penyesuaian pasar: Setelah mengalami kenaikan yang sangat tajam, pasar sering kali mengalami koreksi alami di mana para investor menjual aset mereka untuk mengamankan keuntungan.
Emas Masih Berpotensi Bullish?
Meskipun mengalami penurunan dalam satu hari, beberapa analis masih optimistis bahwa emas memiliki potensi untuk melanjutkan tren kenaikannya dalam jangka panjang. Alex Ebkarian, Chief Operating Officer di Allegiance Gold, menyatakan bahwa faktor-faktor fundamental tetap mendukung tren bullish emas.
“Emas masih memiliki banyak faktor pendorong untuk terus naik, termasuk perang tarif perdagangan, pelemahan dolar AS, dan pergeseran yang berkembang dari emas kertas ke emas fisik,” ujar Ebkarian.
BACA JUGA :Pertama dalam Sejarah RI, Harga Emas Antam Tembus Rp 1,7 Juta
Seperti diketahui, emas mengalami lonjakan besar
pada Rabu dan Kamis setelah Presiden AS Donald Trump menandatangani memorandum untuk meninjau kembali kebijakan tarif perdagangan.
Pemerintah AS saat ini sedang mengevaluasi mitra
dagang mana yang menyebabkan defisit bagi AS, sehingga bisa terkena tarif tambahan di masa mendatang.
Langkah ini memicu kekhawatiran investor tentang
dampak kebijakan tarif terhadap ekonomi global, yang kemudian mendorong permintaan terhadap aset safe haven seperti emas.
Apakah Harga Emas Akan Naik Lagi?
Banyak investor dan analis pasar masih meyakini bahwa emas akan terus menguat dalam beberapa bulan ke depan, terutama jika ketidakpastian ekonomi tetap tinggi. Berikut beberapa faktor yang bisa mendorong harga emas naik kembali:
- Ketidakpastian Ekonomi Global
Krisis ekonomi yang berkepanjangan dan potensi resesi masih menjadi faktor utama yang membuat investor mencari aset yang lebih aman seperti emas. - Inflasi yang Tinggi
Jika inflasi global tetap tinggi, maka emas akan tetap menjadi aset lindung nilai yang populer. Bank sentral di seluruh dunia, termasuk Federal Reserve, masih menghadapi tekanan untuk menyeimbangkan suku bunga dan pertumbuhan ekonomi. - Permintaan Fisik yang Kuat
Permintaan emas fisik dari negara-negara seperti China dan India masih tetap tinggi. Kedua negara ini merupakan konsumen emas terbesar di dunia, baik untuk perhiasan maupun investasi. - Pelemahan Dolar AS
Jika dolar AS kembali melemah dalam beberapa bulan ke depan, harga emas bisa kembali mengalami kenaikan karena emas menjadi lebih murah bagi investor dengan mata uang lainnya.
Apa yang Harus Dilakukan Investor?
Bagi investor yang ingin berinvestasi di emas, ada beberapa strategi yang bisa dipertimbangkan:
- Memanfaatkan Koreksi Harga
Investor bisa mempertimbangkan untuk membeli emas saat harga sedang mengalami koreksi, seperti yang terjadi saat ini. - Menggunakan Strategi Investasi Bertahap
Dengan metode dollar-cost averaging, investor bisa membeli emas dalam jumlah kecil secara berkala untuk menghindari risiko volatilitas harga yang tajam. - Memantau Faktor Ekonomi Global
Faktor-faktor seperti kebijakan suku bunga The Fed, kebijakan perdagangan AS, serta perkembangan geopolitik harus selalu diperhatikan karena bisa sangat mempengaruhi harga emas.
Harga emas mengalami penurunan signifikan
sebesar 1,57% dalam satu hari setelah sebelumnya mencapai rekor tertinggi sepanjang masa.
Penurunan ini disebabkan oleh aksi profit taking oleh investor, penguatan
dolar AS, serta kenaikan imbal hasil obligasi.
Meskipun mengalami koreksi, tren jangka panjang
emas masih berpotensi bullish, terutama jika faktor-faktor seperti
inflasi tinggi, ketidakpastian ekonomi global, dan pelemahan dolar AS terus berlanjut. Investor
disarankan untuk tetap waspada dan menggunakan strategi investasi yang tepat untuk mengelola risiko dan memanfaatkan peluang dalam pergerakan harga emas.
Apakah harga emas akan kembali melonjak dalam waktu dekat?
Waktu akan menjawab, tetapi yang pasti
emas tetap menjadi salah satu aset safe haven yang paling diminati oleh investor di seluruh dunia.