
Ramalan Goldman Sachs Emas Bisa Tembus US$3.000/ Troy Ounce di 2025
Ramalan Goldman Sachs Emas Bisa Tembus US$3.000/ Troy Ounce di 2025
Bank investasi Goldman Sachs memberikan prediksi optimis mengenai harga emas pada tahun 2025. Dalam sebuah laporan yang diterbitkan pada awal 2025,
mereka memperkirakan harga emas dapat tembus mencapai US$ 3.000 per troy ounce pada akhir tahun tersebut.
Saat ini, harga emas telah mengalami kenaikan signifikan sekitar 40% dalam 12 bulan terakhir, melampaui level US$ 2.700 per ounce.
Lonjakan ini disebabkan oleh dua faktor utama: meningkatnya pembelian emas oleh bank sentral di negara berkembang dan ekspektasi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve AS.

Ramalan Goldman Sachs Emas Bisa Tembus US$3.000/ Troy Ounce di 2025
Menurut Lina Thomas, ahli strategi komoditas di Goldman Sachs Research, pembelian emas batangan dalam jumlah besar oleh bank sentral terutama di pasar
negara berkembang telah berperan penting dalam mengatur ulang hubungan antara suku bunga dan harga emas.
Pembekuan aset bank sentral Rusia pada tahun 2022 menyusul invasi Ukraina memicu lonjakan pembelian emas oleh negara-negara yang
sebelumnya memiliki cadangan emas yang terbatas.
Bank sentral ini berusaha melindungi cadangan mereka dari risiko sanksi keuangan, yang membuat mereka beralih ke emas sebagai pelindung nilai yang lebih aman.
Selain itu, negara-negara seperti China, yang memiliki
cadangan emas sebesar 5%, kini semakin banyak membeli emas untuk mengejar ketertinggalan dari negara-negara
maju yang memiliki proporsi cadangan emas
lebih besar, seperti AS, Prancis, Jerman, dan Italia yang memiliki hingga 70% cadangannya dalam bentuk emas.
Hal ini menunjukkan perubahan besar dalam strategi bank sentral di seluruh dunia dalam mengelola cadangan internasional mereka.
Faktor Pendorong Harga Emas: Utang AS dan Ketidakpastian Ekonomi Global
Risiko Fiskal AS dan Kekhawatiran Utang
Salah satu faktor yang semakin mendukung permintaan emas adalah kekhawatiran terkait utang AS, yang kini mencapai lebih dari US$ 35 triliun atau sekitar 124% dari PDB negara tersebut.
Keadaan ini membuat investor dan bank sentral semakin waspada terhadap potensi risiko fiskal dan ketidakstabilan keuangan di masa depan.
Banyak negara yang menyimpan sebagian besar cadangannya dalam bentuk obligasi Treasury AS, dan dengan tingginya tingkat utang, hal ini memunculkan kekhawatiran mengenai risiko yang mungkin timbul.
Ketegangan Geopolitik dan Ketidakpastian Pasar
Selain itu, ketegangan geopolitik yang meningkat, termasuk potensi konflik perdagangan dan ketidakpastian politik terkait pemilihan presiden AS, semakin membuat investor beralih ke emas sebagai alat lindung nilai.
Emas telah lama dipandang sebagai tempat berlindung yang aman selama masa ketidakpastian ekonomi dan geopolitis, dan saat ini,
dengan kondisi yang tidak pasti di seluruh dunia, emas menawarkan perlindungan terhadap potensi guncangan ekonomi.