Bitcoin Turun USD 95.000, Apa yang Harus Diperhatikan Trader?
11 January 2025 By admin 0

Bitcoin Turun USD 95.000, Apa yang Harus Diperhatikan Trader?

Bitcoin Turun USD 95.000, Apa yang Harus Diperhatikan Trader?

Penurunan harga bitcoin didorong oleh data ekonomi Amerika Serikat yang mengecewakan, termasuk laporan Indeks Manufaktur ISM dan data JOLTs, yang memicu tekanan jual di pasar.

Bitcoin Turun USD 95.000, Apa yang Harus Diperhatikan Trader?

Bitcoin Turun USD 95.000, Apa yang Harus Diperhatikan Trader?

Harga Bitcoin (BTC) kembali mengalami penurunan signifikan, diperdagangkan di bawah level USD 95.000 atau sekitar Rp1,5 miliar pada Kamis, 9 Januari 2025. Penurunan ini memicu likuidasi besar di pasar kripto, dengan total likuidasi mencapai USD 694,11 juta dalam 24 jam terakhir. Menurut CoinGlass, sekitar USD 125 juta dari likuidasi ini berasal dari Bitcoin.

Penyebab dan Dampak Penurunan Harga Bitcoin Turun USD 95.000

Data ekonomi Amerika Serikat menjadi salah satu penyebab utama penurunan ini. Laporan Indeks Manufaktur ISM dan data JOLTs menunjukkan hasil yang mengecewakan,

memicu tekanan jual di pasar. Data dari CryptoQuant juga mencatat Net Taker Volume Bitcoin di Binance berbalik tajam menjadi negatif, mencapai -USD 325 juta pada Selasa, angka tertinggi sepanjang 2025.

Selain itu, rasio long-to-short Bitcoin turun menjadi 0,89, yang terendah dalam lebih dari satu bulan. Hal ini menunjukkan bahwa lebih banyak trader bertaruh pada penurunan harga BTC, memperkuat sentimen bearish di pasar.

Permintaan institusional pun melemah, dengan arus masuk bersih ETF spot Bitcoin hanya sebesar USD 52,40 juta pada Selasa, jauh lebih rendah dibandingkan USD 978,60 juta pada hari sebelumnya.

Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, menyarankan agar trader memperhatikan level teknikal kunci seperti USD 92.493, yang merupakan level Fibonacci retracement 38,2%.

Tekanan jual yang terus meningkat menunjukkan pelaku pasar mulai mempertimbangkan risiko lebih serius di tengah ketidakpastian ekonomi global,” ujarnya.

Secara teknikal, indikator Relative Strength Index (RSI) harian Bitcoin berada di bawah level 50, mengindikasikan momentum bearish. Jika harga terus melemah, Bitcoin diperkirakan akan menguji level support di USD 92.493.

Namun, jika BTC berhasil pulih dan menembus level psikologis USD 100.000, ada peluang untuk menguji kembali level tertinggi sepanjang masa di USD 108.353.

Data pasar tenaga kerja AS menjadi faktor penting dalam menentukan arah pergerakan Bitcoin. Jika pasar tenaga kerja tetap ketat dan memicu inflasi, Federal Reserve (Fed) mungkin mengadopsi kebijakan suku bunga yang lebih agresif, menekan harga Bitcoin lebih jauh. Sebaliknya, jika tingkat pengangguran naik dan pertumbuhan upah melambat,

pasar dapat kembali optimis terhadap pemangkasan suku bunga, membuka peluang kenaikan harga Bitcoin.

Peran Metaplanet dan Prospek Jangka Panjang

Sementara itu, perusahaan modal ventura Metaplanet berencana meningkatkan kepemilikan Bitcoin menjadi 10.000 BTC pada 2025. CEO Metaplanet, Simon Gerovich, mengungkapkan ambisinya untuk mendorong adopsi Bitcoin di Jepang dan global. Menurut data BitcoinTreasuries, Metaplanet saat ini adalah pemegang Bitcoin korporat terbesar di Asia.

Analis memperkirakan harga Bitcoin dapat mencapai USD 180.000 hingga USD 200.000 pada 2025, terutama jika Amerika Serikat mengadopsi cadangan strategis Bitcoin di bawah pemerintahan yang pro-kripto. Meski volatilitas tetap tinggi, prospek jangka panjang Bitcoin masih menjanjikan bagi investor yang memiliki strategi matang.

Disclaimer: Keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum melakukan transaksi kripto.