China Borong Batu Bara“Harga Emas Hitam” Terungkit
Harga batu bara acuan dunia berbalik menguat pada perdagangan Kamis (12/12/2024) kemarin, di tengah
masih minimnya sentimen pasar untuk menopang harga batu bara lebih lanjut.
Menurut data yang dihimpun oleh Refinitiv pada Kamis (12/12/2024), harga batu bara acuan
ICE Newcastle untuk kontrak Januari 2025 mengalami kenaikan tipis sebesar 0,38%, menutup perdagangan di posisi US$ 133 per ton.
Dalam beberapa hari terakhir, harga batu bara telah stabil di kisaran harga psikologis US$ 130-an per ton.
China, sebagai pengimpor batu bara terbesar di dunia, tercatat mengimpor lebih banyak batu bara
selama periode Januari hingga November 2024 dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Peningkatan ini sebagian besar dipicu oleh harga batu bara yang lebih rendah dibandingkan tahun lalu.
Impor batu bara dan lignit China mengalami kenaikan hampir 15% menjadi 490 juta ton
selama 11 bulan pertama tahun 2024, menurut data yang dirilis oleh Administrasi Umum Bea Cukai (GAC).
Sebagai perbandingan, tahun lalu China mencatatkan lonjakan impor batu bara sebesar 62%, yang mencapai rekor 470 juta ton.
Pada bulan November 2024, China tercatat mengimpor sebanyak 55 juta ton batu bara, yang
mengalami peningkatan sebesar 19% dibandingkan bulan Oktober. Kenaikan tersebut juga
+lebih dari 26% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Namun, meskipun volume impor meningkat, harga impor batu bara rata-rata China turun+
signifikan hampir 13%, menjadi CNY688 (setara dengan US$95) per ton dalam periode 11 bulan yang berakhir pada 30 November 2024, dibandingkan dengan harga pada tahun sebelumnya
Harga Batu Bara Impor China Turun 11%, Impor Diperkirakan Tertinggi Sepanjang Sejarah
Berdasarkan data dari Wind Information, harga rata-rata batu bara termal 5.500 kilokalori yang
diimpor ke Pelabuhan Qinhuangdao, China, tercatat sekitar CNY 862 (setara dengan US$ 119) per ton. Angka ini menunjukkan penurunan sekitar 11% selama periode yang sama.
Impor batu bara China diperkirakan akan terus mengalami lonjakan, mencapai level tertinggi dalam sejarah, dengan
puncak konsumsi yang diperkirakan terjadi pada musim dingin mendatang. Hal ini berdasarkan prediksi dari lembaga penelitian China, Yimei.
Selain itu, ekspor batu bara dari Amerika Serikat (AS) mengalami kenaikan signifikan.
Pedagang batu bara AS tercatat mengekspor batu bara termal dalam volume tertinggi dalam enam tahun terakhir pada periode Januari hingga November 2024.
Dengan kebijakan pemerintahan baru yang dipimpin oleh Presiden terpilih Donald Trump, ekspor batu bara AS
diperkirakan akan meningkat lebih lanjut pada tahun 2025.
Ekspor batu bara AS yang digunakan dalam pembangkitan listrik mencapai 32,6 juta ton pada periode tersebut, berdasarkan data pelacakan kapal dari Kpler.
Ekspor batu bara AS selama sebelas bulan pertama 2024 tercatat mencapai volume tertinggi dalam
enam tahun terakhir, dengan pendapatan yang diperkirakan akan mencapai sekitar US$ 4 miliar.
Data ini berdasarkan informasi harga yang diterbitkan oleh Badan Informasi Energi AS (EIA).
Meskipun konsumsi batu bara termal di AS mulai dihentikan akibat kekhawatiran terkait polusi, lonjakan ekspor ini memicu kritik terkait kredibilitas AS dalam hal kepemimpinan iklim global.
Namun, volume ekspor batu bara AS diperkirakan akan meningkat lebih besar lagi pada tahun 2025.
Ini jika pemerintahan Presiden Donald Trump, yang dikenal lebih mendukung kebijakan
bahan bakar fosil, terus mendorong pengambilan dan penjualan produk energi AS, sesuai dengan prediksi yang ada.